Itu istilah yang tepat untuk kamarku. Bagaimana tidak? Kamarku memiliki berbagai fungsi selain menjadi tempat tidur. Selain ranjang di kamarku juga memiliki perabotan lainnya yang cukup memenuhi ruangan. Aku sudah menempati kamar ini sejak SD kelas 6 atau SMP kelas 1 -- kalau tidak salah ingat. Karena waktu itu aku masih seorang bocah yang taunya hanya menuntut ilmu dan membuat keonaran ga jelas ditetangga makanya dikamarku diletakan sebuah meja belajar yang entah darimana datangnya karena tau-tau sudah ada dikamarku waktu itu tanpa ada prosuder panjang.
Seperti kebanyakan anak-anak lainnya, membaca merupakan salah satu hobiku yang tertanam dari dulu dan masih berjaya hingga sekarang-- hahaha. Banyak sekali waktu aku habiskan untuk membaca. Tapi semenjak tau mataku mulai berkurang penglihatannya waktu membacapun aku kurangin. Biasanya satu minggu aku dapat menghabiskan hingga 100-an buku komik + novel hingga majalah dan koran. Tapi sekarang hanya seperlunya saja. Karena hobi aneh itulah kamarku dirobak hingga dapat memuat 1000 buku lebih.
Ada sebuah lemari yang menhabiskan tempat disalah satu dindingku. Benar-benar satu dinding. Dari bawah tempat aku berpijak dan loncat-loncat hingga mentok di langit-langit atap. Beragam buku ada disana. Mulai dari buku pelajaran SMA, seikat ijazah + sertifikat yang sudah lupa kapan dapatnya, piala juara dua - lupa juga juara apa dan letaknya diatas membuatku tidak dapat melihat jelas lomba yang dimenangkan, koleksi komik dari dora sampai serial detektive juga ada, sekumpulan novel-novel ga jelas mulai dari novel amburadul hingga serial sihir dan vampir, tumpukan beberapa buku hasil dari tulisanku yang benar-benar tidak sesuai EYD, kumpulan kamus berderet dari bahasa Indonesia (ada 3 buku) hingga bahasa Bali ada, buku-buku persiapan UN dan SNMPTN hampir menghabiskan tiga deret, ada boneka kecil-kecil pemberian orang, ada beberapa DVD jg karena memang bukan disini tempat penyimpanannya, ada deretan khusus diletakan segala pernak pernik obat berobat -- gara-gara dulu terobsesi menjadi dokter dan setelah ga dapet malah sering kecelakaan, dan masih banyak yang benar-benar susah untuk didiskripkan. Sudah banyak dibedah barang-barangnya. Seperti contoh buku-buku SMP yang dulunya menghuni lemari ini sekarang berada dipojokan gudang tanpa jendela lantai satu sambil menangis meraung -- eit, kayaknya yang meraung anjingku deh bukan buku SMPku.
Alhasil kamarku kelihatan kecil, sumpek, berdebu gara-gara lemari sedinding ini. Belum lagi setelah masuk jurusan tersibuk dan teraneh (kata Ibuku), datang sebuah meja gambar yang memakan tempat lumayan banyak karena besar papannya hingga a0 lebih 10 cm ditiap pinggirnya. Bikin makin sumpek aja. Harusnya sekalian aku request meja gambar lipat. Hahaha.. =,='
Tidur dengan lemari sedinding memerlukan adaptasi hingga 4 hari bagiku. Waktu itu masih SMP kelas 1, dan mendapatkan lemari yang tingginya hingga 3x tinggiku membuatku syok. Ketika tidur sering kali aku membayangkan sesuatu yang aneh-aneh seperti komik berjalan-jalan sendiri ataupun boneka yang tertawa sinis sambil menatapku tidur. Hiiiy. Setelah empat hari tidur tidak tenang bersama si lemari besar ini barulah aku bisa membiasakan diri. Huft. Perjuangan nih.