Wednesday, 15 September 2010

Pesawat Biruku

Aku suka main origami. Itu nama kerennya dari seni melipat kertas. Hehe. Dari kecil aku sudah suka lipat-lipat kertas apapun itu. Terkadang ketika dikelas pelajaran sedang berlansung aku sibuk merobek kertas dari buku tulisku dan lipat-lipat menjadi bentuk burung, kodok, pesawat, dan bentuk-bentuk yang diimprovikasi sendiri. Karena itu jangan heran kalau nilai kesenianku paling tinggi pas SD. Bikin bentuk-bentuk menarik sebenarnya keterampilan yang cukup unik dan kalau ditekuni mungkin akan menghasilkan uang (kata iklan :D).

Tapi hal ini membawa dampak buruk padaku. Ketika kelas 6 SD, aku diberi uang lembaran berwarna biru alias bernilai Rp. 50.000,- untuk dibelanjakan buku oleh Ibuku. Aku sorak-sorak kesenangan dan langsung berlari menuju toko buku sambil dilihatin oleh satpam yang cengar cengir ga jelas didepan dan masih ga sadar ketika aku melewatinya dengan berlari.

Aku sibuk dan begitu bersemangat mencari komik kesukaanku. Mataku sibuk berlari disetiap deretan dan loncat ke deretan lainnya. Begitu banyak judul yang menarik untukku. Tapi harus aku seleksi mengingat budget yang tersedia terbatas. Waktu itu komik seharga Rp. 9.500,- per komik dengan ukuran biasa. Berarti aku dapat membeli 5 komik saja. Hm. Keputusan yang bikin aku pusing sendiri disana. Setelah berkeliling dan mendapatkan 5 buku dengan segala pertimbangan dari segi kelucuan, daya tarik, dan keinginan maka berangkatlah aku menuju ke konter kasir.

Baru 2 langkah aku sadar uang yang tadi aku pegang hilang. Wew. Ingatanku langsung menunjuk ingatan yang menjadi kambing hitam. Dan barulah aku sadar bahwa tadi sambil keasikan memilih-milih buku aku melipat uang kertas tadi menjadi pesawat dan kemudian menerbangkan dengan cuek. Whuuuuush ~ Terbang deh 5 komikku tadi. Hiks.