Ketertekanan karena ujian nasional selalu membuatku ingin lari dari kenyataan. Stress menjadi hal biasa yang selalu kuterima dengan muka masam. Karena aku benar-benar tidak tertarik dengan pelajaran maka tujuanku untuk sekolah adalah mengunjungi perpustakaan sekolah. Aku selalu menyempatkan diri untuk datang dan meminjam buku yang menarik untuk dibawa pulang. Hal ini selalu kulakukan selama berbulan-bulan dengan meninggalkan segunung buku pelajaran yang tidak pernah kusentuh.
Akhirnya suatu hari ketika rapot bayangan diambil, Ibuku marah sekali dan melarangku untuk meminjam buku di perpustakaan lagi ataupun membeli buku selain pelajaran. Aku tahu beliau marah sekali, tapi tetap saja aku cuekin dan tetap melanjutkan apa yang sudah menjadi kebiasaanku. Aku suka sekali dengan penjaga perpustakaan. Namanya Ms Lilya. Dia baik sekali dan sepertinya bukan orang yang suka marah-marah. Tipe orang yang berkehidupan damai. Kerjaannya tentu saja menjaga ruangan perpustakaan yang membosankan. Setiap hari pandangannya hanya buku-buku lusuh yang tidak berjodoh dengan murid bandel. Setiap hari hanya ada sekitar tiga murid yang memang berniat datang. Alasannya sederhana :meminjam buku, ingin menyendiri atau cuman lihat-lihat nasib ruangan dipojok koridor yang tidak ada daya tarik sama sekali.
Aku suka kesana bukan hanya meminjam buku tapi juga tertarik pada penjaganya. Dia tidak bosan pada pekerjaannya malah ditekuninya bertahun-tahun. Selain itu dia juga rajin membersihkan buku-buku dan sesuatu yang bersudut. Itulah yang membuatku sangat penasaran dengan orang ini.
Dulu aku sudah membayangkan sebuah perpustakaan yang terbelangkai dengan penjaga yang membosankan. Ruangan dengan banyak kutu buku dan sarang laba-laba disana-sini. Aku sudah berencana untuk menangkap seekor laba-laba untuk di experiment pribadi - hanya berencana tapi yang pasti tidak mungkin lah. Tapi nyatanya sangat berbeda. Ms Lilya sangat menyukai pekerjaan ini dan tidak mau dipecat hanya karena tidak mencatat laporan peminjaman buku atau sejenisnya. Dia sangat bersih dan praktis dalam melakukan sesuatu. Begitupula ruangan perpustakaannya, bersih dan rapi. Walaupun sumpek, buku-buku masih bisa berjejer rapi seperti pengemis yang minta uang tanpa harapan. Si buku seperti minta tolong untuk bisa dipakai baca agar berguna. Sama seperti pengemis, tersingkir dan tidak diperhatikan. Penjaganya seperti orang yang membagi-bagi brosur ditengah jalan tapi tak seorangpun yang mau membagi waktu untuk sekedar mampir dan menerima brosurnya. Ms Lilya selalu tersenyum setiap ada yang masuk berkunjung. Dan tentu saja tidak ada yang mau meminjam buku. Tapi disinilah kuhabiskan satu tahun - karena setelah setahun kemudian kepala sekolah diganti dan keadaan sekolah cukup berubah drastis mulai dari peraturan hingga perpustakaan unik ini.
Salah satu faktor tidak ada pengunjung diperpustakaan adalah murid-muridnya. Sekolahku merupakan sekolah elit yang berisi sekumpulan murid kaya tingkat menengah hingga atas. Jadi sangat mungkin mereka dapat membeli buku apa saja yang diinginkan. Buku-buku diperpustakaan sangat kuno dan hanya berisi kata-kata kuno dan susah. Dapat dikatakan perpustakaan dalam sekolah swasta elit sering terbelangkai dan tidak diinginkan siswa. Semoga saja pihak kepala sekolah dapat mengantisipasi hal ini selalu meng-update buku buku baru.